Aku menemukanmu, Setelah Kehilangan Kehamilanku
Kucingku Pendampingku- Tepatnya empat bulan yang lalu, aku harus mengalami kehilangan sebuah harapan dalam perjalanan, dan ini adalah kali ketiga aku mengalaminya. Aku terpuruk dalam kesedihan, mengalami trauma sendiri. Mungkin ini tidak disadari orang orang disekitarku, namun itulah yang aku rasakan aku putus asa.
Tiga kali keguguran karena BO bukan perkara kecil, bukan hanya perkara sakit, dan bukan hanya perkara rasa kehilangan berulang. Akan tetapi mental dan semangat hidup yang redup terlebih harus merasakan sendiri tanpa semangat dari orang terdekat dan yang paling buruk adalah harus menampilkan bahwa semuanya baik baik saja
Kehidupan ku empat tahun terakhir sebenarnya adalah dimana aku kehilangan diriku yang sesungguhnya. Aku buta akan dunia, kehilangan gairah walau hanya untuk berbincang dengan sosial lingkungan. Banyak alasan yang membuatku menarik diri dari keramaian, yang sebenarnya dulu adalah menjadi hal yang selalu aku butuhkan.
Aku merasa mendadak tidak percaya diri untuk bercengkrama dengan mereka, aku merasa bosan dengan obrolan dan pertanyaan pertanyaan klise, aku hidup berbalut dengan tekanan senada yang berlantun setiap hari. Banyak orang yang tidak mengerti dan akupun tidak ingin memberi arti, bahkan akan berpura pura bahwa aku masih orang yang sama, padahal sebenarnya aku yang dulu sudah mati tertimpa nelangsa yang tidak bisa dijelaskan.
Kembali ke cerita awal, dimana aku menghadapi kesedihan yang menyebalkan. Aku merasa sangat kesepian. Aku ingin menangis dalam pelukan namun tidak aku dapatkan. Aku mencoba kuat, menghibur diri sendiri, mencari ketertarikan melalui media sosial, hiburan yang tidak bisa teralihkan.
Sekian detik scrol beranda ini dan itu, video lucu menggemaskan menggoda penglihatanku. Bagaimana jika aku memelihara seekor kucing, aku rasa hal yang mengasikkan. Sebenarnya aku menyukai peliharaan ini sedari kecil, namun aku memiliki riwayat asma yang tentu saja melarangku untuk memelihara jenis hewan berbulu.
Namun entah mengapa godaan kali ini menggelitik instingku, aku pun mencari-cari akun penjual kucing, namun harganya tak kalah menggelitik. Aku tertarik dengan kucing kecil berwarna putih dengan wajah imut harganya mencapai satu setengah juta, dan itu membuatku menelan ludah dan mengakhiri pencarianku.
Keesokan harinya aku sudah lupa tentang apa yang aku cari, namun tiba tiba nada dering panggilan handphoneku berbunyi, dan menampilkan nama ayah angkatku yang cukup lama tidak ku kunjungi.
Tanpa basa basi langsung saja aku mengangkatnya dan menyapanya dengan sopan, tanpa memperlihatkan wajah sedih atau lain hal.
“Nduk mau kucing gak,” suara nyaring dari seberang sana.
Deg, aku merasakan aliran air dalam kehausan, spontan saja aku berseru, “mau…..,”
Aku tidak memikirkan hal lain dan ketika itu juga semangat ku mulai mengembangkan senyum.
Esok malamnya aku pun berangkat, rasa girang menari nari dalam hati. Setibanya di sana aku langsung di perlihatkan seekor kucing putih yang gendut.
Wah, siapa sangka sesuai keinginan meski umurnya yang tidak kecil imut lagi, tapi tatapannya benar benar menggodaku.
Aku pun langsung mengemasnya dan membawa pulang, walau sebenarnya penuh drama juga membawanya.
Sejak hari itu sepiku hilang, kita tidur bersama, main bersama. Sangat menghibur tentu saja, ya meskipun seminggu pertama asma ku kumat hehe.
Cerita ini mungkin sedikit lebay, namun bagiku inilah caraku menyampaikan sedikit emosi dari dalam diri. Bagi orang orang sepertiku, sudah tidak mudah meluapkan rasa yang menyesak, bisa bercerita suatu kebahagiaan tersendiri. Sedikit lega itu sebuah rasa syukur yang bisa tercapai.
Bagiku walau hanya seekor kucing, namun rasanya ia bisa menyedot energi negatif dalam diriku. Setidaknya ada hal menarik yang bisa ku lakukan bersama mahluk lain. Ya, meskipun si gembul ini sedikit menyebalkan karena sering mrmbangunkan ku lebih pagi karena minta ditemani makan, hahaha….
aku bahkan akan berterima kasih untuk setiap gerak gerik tubuhnya ….